Penulis: Gabriel Garcia Marquez, Mario Vargas Llosa, Yukio Mishima, Liliana Heker, Octavio Paz, Alberto Moravia, Yashar Kemal, R.K. Narayan, Thelma Forshaw, Nadine Gordimer, Chinua Achebe
Penerbit: Pinus (2006)
Apa jadinya jika pengarang dari lima benua merangkum karyanya dalam sebuah antologi cerpen? Kamu bisa melihat salah satu hasilnya di buku ini. Bertitel “Ajal Bergeming di Hadapan Cinta”, buku ini memuat cerpen-cerpen karya 11 cerpenis handal dunia. Beberapa nama yang karya-karyanya terangkum dalam buku ini bahkan adalah target penghargaan Nobel. Sebut saja Mario Vargas Llosa, yang memperoleh Nobel Prize in Literature tahun 2010. Nama-nama lainnya yang mendapat kehormatan serupa dalam penghargaan Nobel diantaranya Gabriel Garcia Marquez, Octavio Paz dan Nadine Gordimer.
Kisah dibuka dengan cerpen berjudul “Minggu, Minggu” (Sunday, Sunday – Dia Domingo) karya Maria Vargas Llosa. Cerpen yang berkisah tentang pembuktian dan adu kekuatan khas anak muda ini terbit pertama kalinya dalam “Los Jefes”. Dalam cerita, dikisahkan dua pemuda yang tengah dimabuk cinta dan tergila-gila dengan seorang gadis cantik bernama Flora. Dan demi pembuktian diri itulah, Ruben dan Miguel saling beradu tantangan, mulai dari minum berbotol-botol bir hingga berenang di tengah lautan yang membeku karena musim dingin. Yang kalah harus rela melepaskan cintanya pada Flora. Cerpen ini telah diterjemahkan dari bahasa Spanyol ke dalam bahasa Inggris oleh Alastair Reid.
Cerita kedua menyuguhkan cerpen bertajuk “Bocah Lelaki yang Menulis Puisi” (Shi o koku shonen) oleh Yukio Mishima, mengisahkan keyakinan seorang bocah akan kekuatan puisi untuk menyembuhkan setiap duka kehidupan nyata. Ia juga tak menyukai Goethe, karena penyair itu mati di usia tua. Anak lelaki itu adalah pemuja kemudaan. Cerita ini diduga berhubungan erat dengan ritual bunuh diri (seppuku) Mishima tahun 1970. Sama seperti tokoh bocah penulis puisi dalam cerpen, Mishima sepertinya memuja kemudaan dan pemisahan karya sastra dengan kehidupan nyata. Cerpen karya Mishima ini diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris oleh Ian H. Levy.
Di antara sekian banyak kisah yang disuguhkan, cerpen berjudul “Pesta yang Tercuri” (The Stolen Party) karya Liliana Heker menjadi cerita favoritku. Cerita sederhana dan lugu ini pertama terbit tahun 1982. Berkisah tentang keyakinan seorang anak perempuan bernama Rosaura akan tiadanya batas antara orang kaya dan miskin. “Toh orang kaya juga masuk surga,” katanya, yang kemudian memberinya keyakinan untuk bertandang ke pesta ulang tahun temannya. Tapi nyatanya salah satu sikap ibu temannya itu mengubah pandangannya dan memecahkan impiannya. Diterjemahkan dari bahasa Spanyol ke bahasa Inggris oleh Alberto Miguel dalam antologi Other Fires tahun 1985, cerpen ini seolah ingin mengungkapkan, entah sengaja atau tidak, tembok pembatas diantara status sosial masih tetap terbangun.
“Hidupku Bersama Segulung Ombak” (My Life with the Wave) karya Octavio Paz diterbitkan pertama kali dalam “Arenas movediaz (1949). Cerpen yang diterjemahkan dari bahasa Spanyol ke bahasa Inggris oleh Eliot Weinberger ini bercerita tentang kehidupan sosial ekonomi yang begitu susahnya di Mexico, sehingga seorang pria memilih bercinta dengan segulung ombak, yang dalam pendapat pribadiku, bisa saja berarti wanita temperamental. Cerita lainnya adalah “Perburuan” (The Chase) Alberto Moravia yang diterjemahkan dari bahasa Italia ke dalam bahasa Inggris oleh Angus Davidson dari kumpulan cerita Command, and I Will Obey You. Lalu ada pula “Sebuah Kisah Mesum” (A Dirty Story) Yashar Kemal, terdapat dalam Anatolian Tales dan diterjemahkan dari bahasa Turki ke dalam bahasa Inggris oleh istrinya, Thilda Kemal. Cerpen ini bercerita tentang bagaimana orang Turki memandang wanita dalam status masyarakatnya. “Jejak Si Jaket Hijau” (Trail of thee Green Blazer) R. K. Narayan mengambil setting kota Malgudi. Aslinya ditulis dalam bahasa Inggris namun tanpa memperhitungkan pembaca Barat, karyanya yang bercerita tentang kehidupan seorang pencuri bernama Raju ini terasa benar-benar India. Ini cerita favoritu yang nomor dua.
Cerita lainnya, “Demonstrasi” (The Demo) oleh Thelma Foreshaw, diambil dari bukunya yang berjudul “An Affair of Clowns” terbit tahun 1967. Cerpen ini bercerita mengenai kecemasan seorang imigran pemilik kedai yang bisa dibilang serakah. Tuan Ganor merasa begitu takut demonstrasi di jalanan Australia menghancurkan kedai susunya. “Afrika Bangkit” (Africa Emergent) karya Nadine Gordimer diambil dari bukunya Livingstone’s Companions (1971), mengulas tentang konflik dan kecurigaan di masa politik Apartheid. Lalu, cerpen “Ajal Bergeming di Hadapan Cinta” (Death Constant Beyond Love) karya Gabriel Gracia Marquez merupakan bagian dari Erendira and Otehr Stories. Cerita yang menjadi judul buku ini diterjemahkan dari bahasa Spanyol ke dalam bahasa Inggris oleh Gregory Rabassa dan mengisahkan 6 bulan 11 hari Senator Oneshimo Shancez sebelum kematiannya. Dan terakhir, cerpen “Perdamaian Sipil” (Civil Peace) milik Chinua Achebe menutup buku kumpulan cerpen ini. Terbit pertama kali dalam Okike 2, cerpen Achebe bercerita mengenai perjuangan seorang warga sipil yang memulihkan kehidupannya pasca perang.
Bagi para pencinta sastra, antologi cerpen dunia ini tentunya layak menjadi bagian dari koleksi. Bukan hanya lantaran nama-nama beken yang terpampang di dalamnya, namun karena social sense yang begitu dalam terasa dalam setiap kisah yang disuguhkan. Cerita-ceritanya diambil dari sudut-sudut pandang berbeda yang membuat kita ikut berpikir selagi membacanya dan juga mendorong kita memahami setiap budaya masyarakat yang terwakilkan dalam cerita. Namun, harus diakui, untuk beberapa kisah, pembaca harus memeras otak. “Hidupku Bersama Segulung Ombak” misalnya, entah karena ditulis oleh seorang Octavio Paz yang notabene terkenal juga sebagai seorang penyair, terasa cukup melelahkan. Begitu pula cerpen “Afrika Bangkit”, yang menyamarkan nama tokohnya sehingga agak sulit dimengerti. Tak heran, meski bukunya tidak terlalu tebal, perlu waktu cukup lama untuk benar-benar memahami alur setiap kisahnya. Tapi di luar itu semua, buku ini tetap layak untuk dipertimbangkan.
Rating (****)
Leave a Reply